Muhammadiyah Untuk Semua : Sebuah Refleksi, Perjuangan Menyinari Negeri


Muhammadiyah Untuk Semua : Sebuah Refleksi, Perjuangan Menyinari Negeri




Setelah saya fikir sepertinya untuk menyimpan memori bacaan yang telah saya baca ada baiknya untuk saya tulis refleksinya dan nampaknya tidak salah kalau saya ingin membagikan hasil membaca saya, hitung-hitung sebagai simpanan refleksi yang saya baca dan kepada para pembaca bagi yang sudah pernah membaca bisa digunakan sebagai pengingat kembali apa yang sempat dibaca dan bagi para pembaca yang belum pernah membaca semoga setelah membaca refleksi dari apa yang saya baca bisa juga ikut membaca bukunya agar khazanah keilmuan dan wawasan bisa bertambah. Aamiin... 


Buku yang saya baca ini berjudul Muhammadiyah Untuk Semua karya dari Prof. Dr. HM. Din Syamsuddin, MA. Buku ini diterbitkan oleh Suara Muhammadiyah. Cetakan pertamanya pada bulan Mei tahun 2014. Tebal buku sebanyak 188  halaman. Terdiri dari lima bagian dinataranya : Pertama: Ideologi Muhammadiyah dan Kekuatan Tajdid, Kedua: Penguatan Makna Muhammadiyah, Ketiga: Meneguhkan Peran Muhammadiyah di Abad Kedua, Keempat: Peran Muhammadiyah dalam Kemajuan Bangsa, Kelima: Tantangan di Tengah Perubahan Dunia. 


Buku ini berisi artikel-artikel yang ditulis oleh Prof. Din Syamsuddin yang telah dimuat di majalah Suara Muhammadiyah dalam rentang waktu tahun 2006 – 2013 ketika beliau masih menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pada bagian pertama banyak bercerita bahwa ideologi Muhammadiyah perlu untuk diperkuat pada setiap individu anggota Muhammadiyah sebagai kekuatan untuk meningkatkan semangat dalam ber Amar Ma’ruf Nahi Munkar serta mengingatkan pada kita bahwa kekuatan Tajdid (pembaharuan) terletak pada kekuatan hubungan kepada Allah (Hablum Min Allah) dan hubungan kepada sesama manusia (Hablum Min An-Nas). Ada salah satu cerita menarik yang beliau tuliskan ketika menjelang Muktamar salah satu Cabang Muhammadiyah di Jakarta mengadakan gebyar, disana pak Din diminta untuk mengisi Tausyiah, ingat waktu beliau mengadakan cerdas cermat berhadiah. Pertanyaan untuk anak-anak SD adalah kapankah dan Siapakah pendiri Muhammadiyah? Semua anak-anak SD angkat tangan, lima orang maju kepanggung dan jawaban mereka benar semua. Selanjutnya untuk siswa SMP pertanyaannya adalah Apakah tujuan Muhammadiyah? Siswa SMP yang angkat tangan banyak. Lima siswa maju kedepan. Di situ saya kaget, kelima siswa menjawab hampir sama. Kira-kira jawabannya sebagai berikut: “Tujuan Muhammadiyah mendidik insan yang beriman, bertakwa, dan berkahlak mulia, bla...bla.” Lalu saya bilang, “Disini apa ada guru ke-Muhammadiyahan atau Al-Islam?” Seorang Ibu naik ke atas panggung. Ibu Guru ini menyatakan jawaban ini salah. “Itu tujuan pendidikan Muhammadiyah,” Sedangkan tujuan Muhammadiyah itu, kata Ibu Guru, bla...bla... panjang sekali, sampai terdengar ada kata “keadilan, kesejahteraan” dan lainnya. Saya semakin kaget lagi dengan jawaban Ibu guru yang mengajarkan ke-Muhammadiyahan itu. Pimpinan Cabang setempat mengatakan kepada saya, “Pak Dien, memang disini guru-guru kita, tidak hanya dalam mata pelajaran Al-Islam dan ke-Muhammadiyahan saja, banyak yang punya kecenderungan lain, orientasi lain, afiliasi lain. Gejala semacam ini telah terjadi dimana-mana, hampir di seluruh Indonesia. Bagaimana kita menyikapinya? Inilah yang penting kita laukukan kedepan. Maka pesan beliau jika hal seperti ini terjadi dan berlangsung terus menerus sekitar lima, sepuluh, atau lima belas tahun yang akan datang, akan terjadilah kekeroposan dalam Muhammadiyah. Maka kita sebagai warganya perlu membantu memberikan benteng ideologi yang kuat kepada warga Muhammadiyah lainnya.


Pada bagian kedua dalam buku ini berkisah mengenai Muhammadiyah yang didirikan bukan untuk dimiliki segolongan umat. Namun, Muhammadiyah adalah miliki semua anggota masyarakat. Muhammadiyah dalam kiprahnya banyak membantu masyarakat dalam berbagai aspek dan dalam cara berfikirnya, para aktivis Muhammadiyah sudah diarahkan untuk dapat produktif dengan ide, gagasan, cita-cita dan perilaku yang baik sesuai dengan ajaran Islam sehingga Muhammadiyah ada untuk seluruh kalangan umat manusia.


Pada bagian ketiga membahas mengenai pesan-pesan Muhammadiyah dalam memasuki abad keduanya. Diharapkan Muhammadiyah abad kedua bisa tetap eksis untuk menyinari negeri, mengembangkan sayap dakwah pencerahan di seluruh penjuru nusantara hingga dunia. Muhammadiyah harus menjadi pusat keunggulan dimana harapannya pada abad kedua Muhamadiyah bisa melahirkan kembali tokoh-tokoh bangsa, ilmuwan, pendekar, dan para pemimpin yang berakhlak karimah serta berpesan kepada kader-kader muda harus ada yang dapat merebut pencapaian ilmu yang tinggi. Mampu menjadi terbaik diberbagai bidang kejuaraan dunia dan bidang penelitian dan karya ilmiah.


Pada bagan keempat mengulas mengenai peran Muhammadiyah dalam membangun bangsa. Tidak dapat dipungkiri bahwa persyarikatan ini lahir sebelum lahirnya bangsa kita tercinta ini, tentu pondasi-pondasi kebangsaan turut dibangun oleh para founding fathers Muhammadiyah dan organisasi lainnya. Hal itulah yang membuat Muhammadiyah tetap kritis terhadap pemerintah, loyalitas Muhammadiyah kepada pemerintah tidak perlu diragukan. Maka pendapat pak Din bahwa sahabat sejati adalah sahabat yang bersedia memberi koreksi. Sahabat sejati bukan sahabat yang suka memuji penuh basa-basi. Oleh karena itu, amar ma’ruf nahi munkar Muhammadiyah tidak akan pernah berhenti. Amar ma’ruf nahi Munkar  merupakan bukti kecintaan Muhammadiyah kepada bangsa dan negara, dan kecintaan kami kepada pemerintah.


Pada bagian kelima sebagai penutup membicarakan mengenai tantangan di tengah perubahan dunia. Kita bersama mengetahui dunia berubah dengan sangat cepat, Muhammadiyah pula juga harus bisa mengikuti perkembangan zaman namun dengan catatan agar kita jangan hanya menjadi penikmat perkembangan zaman saja, kita juga perlu untuk ikut serta mengendalikan perubahan zaman agar tetap sesuai dengan koridor keislaman yang benar dan jangan sampai kita menjadi budak teknologi. Maka dari itu ditengah-tengah perubahan zaman mari mengubah diri menjadi lebih baik dan jadilah individu yang mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi agar kita bisa menguasai dunia. Maka dari itu Muhammadiyah lahir dan bediri siap untuk menyinari negeri tiada henti. Selalu berjuang dengan riang gembira demi terciptanya negara dan bangsa yang maju sesuai dengan koridor islam yang benar. Muhammadiyah adalah milik semua anggota masyarakat. Muhammadiyah untuk semua. (Mufti Alhakiki)
  

Komentar